Kenaikan harga gas elpiji 12 kg yang diberlakukan PT Pertamina membuat sebagian besar masyarakat di Kabupaten Inhu mengeluh. Pasalnya, kenaikan yang ditetapkan PT Pertamina cukup tinggi hingga membebani masyarakat.
Dari penelusuran disejumlah pangkalan maupun pengecer yang ada di Kota Rengat dan sekitarnya, gas elpiji 12 kg dijual dengan kisaran harga Rp 155 ribu hingga Rp 170 ribu. Kondisi tersebut membuat sebagian besar pengguna gas elpiji 12 kg, saat ini beralih menggunakan gas elpiji 3 kg.
“Saya rencananya hari ini mau beli gas elpiji 12 kg, tetapi harganya sudah mencapai Rp 160 ribu. Saya terpaksa membatalkannya karena kenaikan yang terjadi cukup tinggi. Padahal biasanya gas elpiji dijual Rp 110 ribu,” ujar Sri, salah seorang warga Rengat, Senin (6/1).
Menurut Sri, kenaikan harga gas elpiji 12 kg hingga mencapai Rp 50 ribu tersebut terasa cukup besar. Sebagai solusinya, ia pun memilih beralih menggunakan tabung gas elpiji 3 kg yang harganya lebih terjangkau. “Mau gimana lagi, hampir semua kebutuhan naik, sekarang diikuti dengan kenaikan elpiji 12 kg, tentu kita harus cari solusi,” ungkapnya.
Hal senada juga diungkapkan Fahrurrazi, pengelola pangkalan elpiji 12 kg, Sumber Cahaya di Jalan Sultan Rengat. Menurutnya, semenjak terjadi kenaikan harga gas elpiji 12 kg, banyak konsumen yang membatalkan niat untuk membeli. “Hari ini saja banyak konsumen yang tiba-tiba mematikan handphone karena harga jual kita sejak dua hari ini sudah mencapai Rp 155 ribu. Padahal stok kita masih tersedia,” ujarnya.
Dijelaskan Fahrurrazi, semenjak adanya kenaikan harga dari PT Pertamina, pihaknya menjual gas elpiji 12 kg senilai Rp 155 ribu untuk ambil ditempat. Sedangkan untuk antar ke rumah pelanggan senilai Rp 160 ribu. “Sebelumnya kita jual Rp 105 ribu dan kalau antar ke rumah di dalam wilayah Kota Rengat ini Rp 110 ribu,” ujarnya.
Ia mengakui bahwa PT Pertamina melalui agen PT Maharani meminta pangkalan untuk menjual gas elpiji senilai Rp 153 ribu per tabung. Hanya saja, hal itu sulit dilakukan sebab harga dari agen sudah mencapai Rp 146 ribu per tabung.
“Kita hanya punya untuk kotor Rp 7.000 untuk tiap tabung yang terjual. Sementara operasional kita cukup besar, termasuk untuk menggaji karyawan. Makanya kita saat ini jual Rp 155 ribu, meskipun idealnya dari perhitungan kita Rp 160 ribu per tabung,” ungkapnya.
Sedangkan terkait stok gas elpiji yang diterimanya pasca kenaikan harga, Fahrurrazi mengungkapkan saat ini masih relatif aman. Pihaknya masih tetap menerima pasokan 950 tabung per bulan dalam lima kali pengiriman. “Sebenarnya pasokan tersebut kurang dan kita sudah mengajukan penambahan, tetapi sampai saat ini belum disetujui,” ucapnya.
Sementara itu, Oksi, salah seorang pengecer gas elpiji 12 kg mengungkapkan semenjak kenaikan harga yang ditetapkan PT Pertamina, ia menjual gas elpiji 12 kg Rp 170 per tabung. Padahal sebelumnya ia hanya menjual Rp 108 hingga Rp 110 ribu per tabung.
“Dari agennya sudah tinggi kita ambil, rata-rata terjadi kenaikan Rp 5.000 per kg. Kalau untuk stok cukup dan kapan pun kita minta tersedia,” ujarnya seraya mengungkapkan bahwa gas elpiji ia peroleh dari agen di Pekanbaru.
Dari penelusuran disejumlah pangkalan maupun pengecer yang ada di Kota Rengat dan sekitarnya, gas elpiji 12 kg dijual dengan kisaran harga Rp 155 ribu hingga Rp 170 ribu. Kondisi tersebut membuat sebagian besar pengguna gas elpiji 12 kg, saat ini beralih menggunakan gas elpiji 3 kg.
“Saya rencananya hari ini mau beli gas elpiji 12 kg, tetapi harganya sudah mencapai Rp 160 ribu. Saya terpaksa membatalkannya karena kenaikan yang terjadi cukup tinggi. Padahal biasanya gas elpiji dijual Rp 110 ribu,” ujar Sri, salah seorang warga Rengat, Senin (6/1).
Menurut Sri, kenaikan harga gas elpiji 12 kg hingga mencapai Rp 50 ribu tersebut terasa cukup besar. Sebagai solusinya, ia pun memilih beralih menggunakan tabung gas elpiji 3 kg yang harganya lebih terjangkau. “Mau gimana lagi, hampir semua kebutuhan naik, sekarang diikuti dengan kenaikan elpiji 12 kg, tentu kita harus cari solusi,” ungkapnya.
Hal senada juga diungkapkan Fahrurrazi, pengelola pangkalan elpiji 12 kg, Sumber Cahaya di Jalan Sultan Rengat. Menurutnya, semenjak terjadi kenaikan harga gas elpiji 12 kg, banyak konsumen yang membatalkan niat untuk membeli. “Hari ini saja banyak konsumen yang tiba-tiba mematikan handphone karena harga jual kita sejak dua hari ini sudah mencapai Rp 155 ribu. Padahal stok kita masih tersedia,” ujarnya.
Dijelaskan Fahrurrazi, semenjak adanya kenaikan harga dari PT Pertamina, pihaknya menjual gas elpiji 12 kg senilai Rp 155 ribu untuk ambil ditempat. Sedangkan untuk antar ke rumah pelanggan senilai Rp 160 ribu. “Sebelumnya kita jual Rp 105 ribu dan kalau antar ke rumah di dalam wilayah Kota Rengat ini Rp 110 ribu,” ujarnya.
Ia mengakui bahwa PT Pertamina melalui agen PT Maharani meminta pangkalan untuk menjual gas elpiji senilai Rp 153 ribu per tabung. Hanya saja, hal itu sulit dilakukan sebab harga dari agen sudah mencapai Rp 146 ribu per tabung.
“Kita hanya punya untuk kotor Rp 7.000 untuk tiap tabung yang terjual. Sementara operasional kita cukup besar, termasuk untuk menggaji karyawan. Makanya kita saat ini jual Rp 155 ribu, meskipun idealnya dari perhitungan kita Rp 160 ribu per tabung,” ungkapnya.
Sedangkan terkait stok gas elpiji yang diterimanya pasca kenaikan harga, Fahrurrazi mengungkapkan saat ini masih relatif aman. Pihaknya masih tetap menerima pasokan 950 tabung per bulan dalam lima kali pengiriman. “Sebenarnya pasokan tersebut kurang dan kita sudah mengajukan penambahan, tetapi sampai saat ini belum disetujui,” ucapnya.
Sementara itu, Oksi, salah seorang pengecer gas elpiji 12 kg mengungkapkan semenjak kenaikan harga yang ditetapkan PT Pertamina, ia menjual gas elpiji 12 kg Rp 170 per tabung. Padahal sebelumnya ia hanya menjual Rp 108 hingga Rp 110 ribu per tabung.
“Dari agennya sudah tinggi kita ambil, rata-rata terjadi kenaikan Rp 5.000 per kg. Kalau untuk stok cukup dan kapan pun kita minta tersedia,” ujarnya seraya mengungkapkan bahwa gas elpiji ia peroleh dari agen di Pekanbaru.
Post a Comment
Redaksi menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim (baca Disclaimer). Pembaca juga dapat melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA.