Kenaikan harga elpiji 12 kilogram (kg) telah menimbulkan polemik beberapa hari terakhir. Kritik dan protes terus mengalir dari berbagai kalangan.

Betapa tidak, kebijakan PT Pertamina (Persero) ketika memasuki tahun 2014 itu benar-benar menjadi hadiah terpahit bagi masyarakat Indonesia. Namun ada fakta menarik dibalik kenaikan elpiji, masyarakat di perbatasan Kalimantan dikabarkan terpaksa membeli tabung gas LPG milik Malaysia yang harganya jauh lebih murah daripada LPG milik Indonesia.

"Kenaikan harga LPG ini berbuah miris bagi saudara-saudara kita di perbatasan kalimantan. Masyarakat disana sekarang memilih untuk membeli LPG milik Malaysia karena LPG Indonesia tidak mampu dibeli," tutur Ketua Federasi Serikat Pekerja BUMN Bersatu, Arief Poyuono ketika ditemui di kantornya, Jakarta, Minggu (5/1/2014).

Seperti diketahui, terhitung sejak 1 Januari 2014 Pertamina resmi menaikan harga LPG non subsidi (12 kg) sebesar 100 persen di berbagai daerah di Indonesia. Langkah ini menuai banyak protes dan penolakan hingga berakibat pada keterbatasan stok LPG di tengah-tengah masyarakat.

Arief mengungkapkan pihaknya menemukan di wilayah Jawa Timur LPG berukuran 3 kg telah hilang dari pasaran. Menurut dia, ini merupakan akibat lain dari kebijakan Pertamina itu. Pihaknya meminta seluruh aparat hukum untuk segera bergerak menindak setiap indikasi praktek mafia gas yang sedang bergerak sebagai akibat dari kebijakan Pertamina.

"LPG 3 kg di Surabaya itu sudah tidak ada. Kami minta kepolisian untuk segera melihat itu. Di Surabaya sdh tidak ada, di perbatasan orang membeli dari negeri tetangga. Masyarakat diperbatasan semakin keholangan nasionalismennya dengan keadaan seperti ini," tukasnya.

Post a Comment

Redaksi menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim (baca Disclaimer). Pembaca juga dapat melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA.

Powered by Blogger.